Sabtu, 31 Oktober 2015

Jarak Antara Ceroboh dan Naas

Perjalanan Jakarta - Bandung sekarang menjadi rutinitas sehari-hari dari Pak Somali. Maklum saja, pria setengah baya itu baru diangkat jadi kepala cabang sebuah perusahaan traveling. Hanya saja kadang dia merasa lelah, namun mau bagaimana lagi. Pasalnya dia dan keluarganya baru saja mengontrak sebuah rumah yang cukup besar di Jakarta untuk 1 tahun. Belum sampai 2 bulan dia justru mendapat promosi hanya saja untuk perusahaan cabang yang ada dikota Bandung.
Setiap hari pak Somali menghabiskan waktu hampir 7 jam dijalan belum termasuk kalau terjadi kemacetan panjang. Sempat dia berpikir untuk memboyong keluarganya ke Bandung namun mereka merasa sayang dengan rumah baru mereka yang masih ada sisa kontrak beberapa bulan lagi.
Hari ini seperti biasanya, pagi sekali Pak Somali telah bersiap dengan pakaian lengkap, sarung tangan, sepatu khusus dan tak lupa helm yang selalu jadi pelindung kepalanya. SIM, STNK pun telah berada didalam dompet bergumul dengan beberapa lembar uang juga kartu debit dan kredit.
"Pak !"
Yayuk putri sulungnya yang baru masuk SMA datang menghampiri Pak Somali yang tengah bersiap dengan motornya.
"Apa Yuk ? Bapak sudah mau berangkat nih !"
Katanya seraya menyalakan motor gede yang selalu mengantarnya pulang pergi dari pagi hingga malam. Yayuk tidak langsung menjawab, dia malah senyum-senyum sendiri.
"Besok bapak jadi liburkan ?"
Pak Somali mengangguk menjawab putrinya  yang sepertinya menunggu moment itu untuk suatu hal.
"Antar ke toko buku yang baru dibuka ya pak ?"
Akhirnya Yayuk mengutarakan maksud dan tujuannya yang sebenarnya. Pak Somali segera menarik nafas panjang lalu menghelanya dengan keras hingga uap putih yang menandakan udara saat itu sedang dingin-dinginnya terlihat jelas.
"Kan bisa naik angkot ?"
Jawabnya yang seakan malas untuk mengantar putrid sulungnya itu besok ketoko buku yang jaraknya memanglah tidak terlalu jauh dari rumah mereka sekarang.
"Gak ah ! Panas ! Ya pak ya ?"
Bujuk Yayuk seperti seorang anak kecil. Pak Somali sedikit banyak mengerti putri sulungnya yang ada pada usia remaja itu. Dia pasti tidak mau gerah dan berdesakan dalam angkot. Pak Somali hanya bisa mengangguk menanggapi permintaan putri sulungnya itu.
Dengan salam dan senyuman Pak Somali memacu kendaraannya menembus hari yang masih gelap hanya untuk menghindar dari antrian kemacetan. Tentunya hal itu dapat mempersingkat waktu tempuh ketempat kerjanya.
Waktupun berlalu tanpa terasa. Lelah dan penat dijalan pada jam pulang kerja terbayar dengan senyuman hangat dari keluarga. Itu dapat jadi obat pengurang stress yang ampuh bagi pekerja seperti Pak Somali.
Keesokan harinya seperti rencana, Yayuk telah berdandan rapi ala gadis belia seusianya dengan kaus, celana jins, cardigan dan sebuah tas selempang bermotif bunga berhias manik-manik mutiara.
"Pak...!"
Istri Pak Somali berlari dari dalam rumah dengan tergesa-gesa sambil menggendong anak bungsunya yang masih balita menghampiri suaminya yang tengah memakai helm dikepalanya.
"Pak ! Ibu lupa helm yang satu lagi dipinjam adik ibu yang mau pergi kerumah saudara di Bogor ! Nanti Yayuk pakai apa ? Apa lebih baik ibu pinjam dulu ketetangga kali ya ?"
"Gak usah ! Gak apa bu, kan jaraknya dekat !"
Kata Yayuk yang sepertinya sudah tidak sabar ingin berangkat sambil menunjuk sebuah bangunan berlantai tiga yang tampak dikejauhan
"Bukan soal jaraknya..."
Ibunya tampak tidak enak hati jika membiarkan anaknya pergi tanpa menggunakan pelindung kepala itu. Dia sepertinya sangat enggan membiarkan putrid sulungnya itu untuk pergi saat ini.
"Gak apa bu, bapak bawa motornya hati-hati kok ! Gak pernah sampai ngebut kan ibu tahu sendiri."
Pak Somali menenangkan istrinya yang tampak khawatir berlebihan. Istrinya tampak berfikir sejenak sambil melihat motor gede yang selalu dicek dan diservis tepat waktu. Suaminya juga selalu taat aturan gak pernah kebut-kebutan dan lihai memacu kendaraan.
"Ya kalau begitu hati-hati ya pak !"
Akhirnya istrinya mengalah walau masih merasa risau membiarkan putrinya pergi tanpa risau. Sebagai seorang ibu sudah sewajarnya kalau dia ingin tidak terjadi apa-apa pada anaknya selama dijalan.
"Kak aku mau buku kumpulan latihan soal ya !"
Sinta adik Yayuk yang sekarang kelas 6 SD meminta buku yang dia inginkan pada kakanya yang telah duduk dibelakang punggung ayahnya. Sepertinya dia sudah mulai ingin serius belajar melihat buku apa yang dia pesan pada kakaknya.
"Kalau aku mau buku komik yang seru dan lucu !"
Yang berseru dari dalam rumah ini Kiki, adik laki-laki Yayuk yang masih kelas 4 SD. yayuk mengangguk sambil mengacungkan ibu jarinya. pak somali mulai menderukan motornya lalu dengan perlahan dan hati-hati.
Motorpun melaju ditengah jalanan beraspal dengan kecepatan yang pasti dibawah kecepatan maximum dijalan. Sesekali tampak Pak Somali melirik kearah kaca spion motor untuk memantau kendaraan yang melaju dibelakangnya. Dia juga sempat berbincang ringan dengan putrinya dengan suara yang dikeraskan karena kebisingan dari suara kendaraan.
Semakin lama jalanan semakin ramai saja. Pak Somali mulai mengurangi kecepatannya. Beberapa mobil didepannya tampak mulai merapat dan melambat. Sepertinya didepan telah terjadi kemacetan.
Dari kejauhan tampak sebuah motor sport melaju kencang dari arah belakang. Entah karena sedang terburu-buru atau entah apapun alasannya, orang itu memacu kendaraannya seperti tengah balapan di sirkuit hingga tak segan-segan masuk menyalip dengan paksa kendaraan lain didepannya.
Klimaksnya ketika motor itu berniat menyalip sebuah bus, motor itu justru tersenggol dan jatuh terpental. Malangnya motor sport itu terpental dan menabrak bagian belakang motor Pak Somali yang seketika membuat motor gedenya oleng hingga jatuh ketrotoar.
Pak Somali menjerit kesakitan ketika jatuh dan kakinya terjepit. Suaranya semakin nyaring terdengar ketika melihat putrinya telah terbaring dengan kepala berlumuran darah.
Disebuah ruangan rumah sakit Pak Somali yang baru selesai menjalani pertolongan pertama diam tanpa kata. Istrinya berada dilorong sambil menunggu dokter keluar dan member kabar mengenai kondisi putrinya yang kini tengah kritis.
Sebelumnya dokter menyatakan kalau Yayuk sedang dalam kondisi koma karena pendarahan diotak dan tulang tengkoraknya retak. Meski begitu banyak yang bilang kalau Yayuk beruntung karena tidak tewas saat kejadian. Walau itu tidak aka nada artinya jika melihat kondisinya kini.
Beberapa polisi tampak masuk kedalam kamar rawat Pak Somali untuk meminta keterangan darinya. Apalagi belakangan diketahui kalau orang yang membawa motor sport itu berkendara dalam pengaruh obat-obatan terlarang.
Harusnya tadi bapak ikutin kata-kata ibu supaya pinjam helm dulu buat Yayuk, bapak terlalu percaya diri gak akan terjadi apa-apa ! Mungkin karena tiap hari bapak terbiasa naik motor pulang. pergi Jakarta-Bandung bapak pikir bapak sudah mahir dan yakin gak akan ada kejadian seperti ini."
Keluh Pak Somali seorang diri merasa bersalah telah membuat putrinya celaka akibat kecerobohan yang harusnya tidak perlu terjadi.
Tiga orang polisi yang berada disana tampak saling melihat satu sama lain. Dari wajah mereka tampak kalau mereka mengerti perasaan Pak Somali saat ini makanya mereka tidak terlalu banyak bertanya tentang kejadian itu.
Karena itu Pak kami mewajibkan semua pengguna kendaraan bermotor memakai alat keselamatan terutama helm seberapa pendekpun jarak yang akan ditempuh. "
Kata salah seorang palisi yang berada disana.
Bukan tanpa sebab kami menetapkan banyak aturan berlalu lintas, tapi kami ingin memastikan kenyamanan, keamanan terutama keselamatan tiap pengguna jalan."
Lanjut temannya yang seorang lagi.
"Meski kita sudah mahir dan sangat berhati-hati tapi bukan berarti semua pengguna jalan lain seperti itu, banyak juga yang ceroboh dan seenaknya sendiri. Kebut-kebutan lah, ugal-ugalan, salip sana salip sini... "
"Intinya kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi selama dijalan !"
Pak Somali tertunduk pasrah mendengarnya, karena walau bagaimanapun dia memang sudah ceroboh dengan keselamatan putrinya. Terus menyesalpun tidak aka nada artinya sebab segalanya telah terjadi. Kini hanya satu yang dia harapkan yaitu mendengar kabar baik tentang kondisi putri sulungnya itu.
Tamat

 ...
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.’ #SafetyFirst Diselenggarakan oleh Yayasan Astra-Hoda Motor dan Nulisbuku.com