Perjalanan Jakarta - Bandung sekarang menjadi
rutinitas sehari-hari dari Pak Somali. Maklum saja, pria setengah baya itu baru
diangkat jadi kepala cabang sebuah perusahaan traveling. Hanya saja kadang dia
merasa lelah, namun mau bagaimana lagi. Pasalnya dia dan keluarganya baru saja
mengontrak sebuah rumah yang cukup besar di Jakarta untuk 1 tahun. Belum sampai
2 bulan dia justru mendapat promosi hanya saja untuk perusahaan cabang yang ada
dikota Bandung.
Setiap hari pak Somali menghabiskan waktu
hampir 7 jam dijalan belum termasuk kalau terjadi kemacetan panjang. Sempat dia
berpikir untuk memboyong keluarganya ke Bandung namun mereka merasa sayang
dengan rumah baru mereka yang masih ada sisa kontrak beberapa bulan lagi.
Hari ini seperti biasanya, pagi sekali Pak Somali
telah bersiap dengan pakaian lengkap, sarung tangan, sepatu khusus dan tak lupa
helm yang selalu jadi pelindung kepalanya. SIM, STNK pun telah berada didalam
dompet bergumul dengan beberapa lembar uang juga kartu debit dan kredit.
"Pak !"
Yayuk putri sulungnya yang baru masuk SMA
datang menghampiri Pak Somali yang tengah bersiap dengan motornya.
"Apa Yuk ? Bapak sudah mau berangkat nih
!"
Katanya seraya menyalakan motor gede yang
selalu mengantarnya pulang pergi dari pagi hingga malam. Yayuk tidak langsung
menjawab, dia malah senyum-senyum sendiri.
"Besok bapak jadi liburkan ?"
Pak Somali mengangguk menjawab putrinya yang sepertinya menunggu moment itu untuk
suatu hal.
"Antar ke toko buku yang baru dibuka ya
pak ?"
Akhirnya Yayuk mengutarakan maksud dan
tujuannya yang sebenarnya. Pak Somali segera menarik nafas panjang lalu
menghelanya dengan keras hingga uap putih yang menandakan udara saat itu sedang
dingin-dinginnya terlihat jelas.
"Kan bisa naik angkot ?"
Jawabnya yang seakan malas untuk mengantar
putrid sulungnya itu besok ketoko buku yang jaraknya memanglah tidak terlalu
jauh dari rumah mereka sekarang.
"Gak ah ! Panas ! Ya pak ya ?"
Bujuk Yayuk seperti seorang anak kecil. Pak Somali
sedikit banyak mengerti putri sulungnya yang ada pada usia remaja itu. Dia
pasti tidak mau gerah dan berdesakan dalam angkot. Pak Somali hanya bisa
mengangguk menanggapi permintaan putri sulungnya itu.
Dengan salam dan senyuman Pak Somali memacu
kendaraannya menembus hari yang masih gelap hanya untuk menghindar dari antrian
kemacetan. Tentunya hal itu dapat mempersingkat waktu tempuh ketempat kerjanya.
Waktupun berlalu tanpa terasa. Lelah dan penat
dijalan pada jam pulang kerja terbayar dengan senyuman hangat dari keluarga. Itu
dapat jadi obat pengurang stress yang ampuh bagi pekerja seperti Pak Somali.
Keesokan harinya seperti rencana, Yayuk telah
berdandan rapi ala gadis belia seusianya dengan kaus, celana jins, cardigan dan
sebuah tas selempang bermotif bunga berhias manik-manik mutiara.
"Pak...!"
Istri Pak Somali berlari dari dalam rumah dengan
tergesa-gesa sambil menggendong anak bungsunya yang masih balita menghampiri
suaminya yang tengah memakai helm dikepalanya.
"Pak ! Ibu lupa helm yang satu lagi
dipinjam adik ibu yang mau pergi kerumah saudara di Bogor ! Nanti Yayuk pakai
apa ? Apa lebih baik ibu pinjam dulu ketetangga kali ya ?"
"Gak usah ! Gak apa bu, kan jaraknya dekat
!"
Kata Yayuk yang sepertinya sudah tidak sabar ingin
berangkat sambil menunjuk sebuah bangunan berlantai tiga yang tampak dikejauhan
"Bukan soal jaraknya..."
Ibunya tampak tidak enak hati jika membiarkan
anaknya pergi tanpa menggunakan pelindung kepala itu. Dia sepertinya sangat
enggan membiarkan putrid sulungnya itu untuk pergi saat ini.
"Gak apa bu, bapak bawa motornya hati-hati
kok ! Gak pernah sampai ngebut kan ibu tahu sendiri."
Pak Somali menenangkan istrinya yang tampak
khawatir berlebihan. Istrinya tampak berfikir sejenak sambil melihat motor gede
yang selalu dicek dan diservis tepat waktu. Suaminya juga selalu taat aturan
gak pernah kebut-kebutan dan lihai memacu kendaraan.
"Ya kalau begitu hati-hati ya pak !"
Akhirnya istrinya mengalah walau masih merasa
risau membiarkan putrinya pergi tanpa risau. Sebagai seorang ibu sudah
sewajarnya kalau dia ingin tidak terjadi apa-apa pada anaknya selama dijalan.
"Kak aku mau buku kumpulan latihan soal ya
!"
Sinta adik Yayuk yang sekarang kelas 6 SD
meminta buku yang dia inginkan pada kakanya yang telah duduk dibelakang
punggung ayahnya. Sepertinya dia sudah mulai ingin serius belajar melihat buku
apa yang dia pesan pada kakaknya.
"Kalau aku mau buku komik yang seru dan
lucu !"
Yang berseru dari dalam rumah ini Kiki, adik
laki-laki Yayuk yang masih kelas 4 SD. yayuk mengangguk sambil mengacungkan ibu
jarinya. pak somali mulai menderukan motornya lalu dengan perlahan dan hati-hati.
Motorpun melaju ditengah jalanan beraspal
dengan kecepatan yang pasti dibawah kecepatan maximum dijalan. Sesekali tampak Pak
Somali melirik kearah kaca spion motor untuk memantau kendaraan yang melaju
dibelakangnya. Dia juga sempat berbincang ringan dengan putrinya dengan suara
yang dikeraskan karena kebisingan dari suara kendaraan.
Semakin lama jalanan semakin ramai saja. Pak Somali
mulai mengurangi kecepatannya. Beberapa mobil didepannya tampak mulai merapat dan
melambat. Sepertinya didepan telah terjadi kemacetan.
Dari kejauhan tampak sebuah motor sport melaju
kencang dari arah belakang. Entah karena sedang terburu-buru atau entah apapun
alasannya, orang itu memacu kendaraannya seperti tengah balapan di sirkuit
hingga tak segan-segan masuk menyalip dengan paksa kendaraan lain didepannya.
Klimaksnya ketika motor itu berniat menyalip
sebuah bus, motor itu justru tersenggol dan jatuh terpental. Malangnya motor
sport itu terpental dan menabrak bagian belakang motor Pak Somali yang seketika
membuat motor gedenya oleng hingga jatuh ketrotoar.
Pak Somali menjerit kesakitan ketika jatuh dan kakinya
terjepit. Suaranya semakin nyaring terdengar ketika melihat putrinya telah
terbaring dengan kepala berlumuran darah.
Disebuah ruangan rumah sakit Pak Somali yang
baru selesai menjalani pertolongan pertama diam tanpa kata. Istrinya berada
dilorong sambil menunggu dokter keluar dan member kabar mengenai kondisi
putrinya yang kini tengah kritis.
Sebelumnya dokter menyatakan kalau Yayuk sedang
dalam kondisi koma karena pendarahan diotak dan tulang tengkoraknya retak.
Meski begitu banyak yang bilang kalau Yayuk beruntung karena tidak tewas saat
kejadian. Walau itu tidak aka nada artinya jika melihat kondisinya kini.
Beberapa polisi tampak masuk kedalam kamar
rawat Pak Somali untuk meminta keterangan darinya. Apalagi belakangan diketahui
kalau orang yang membawa motor sport itu berkendara dalam pengaruh obat-obatan
terlarang.
“Harusnya
tadi bapak ikutin kata-kata ibu supaya pinjam helm dulu buat Yayuk, bapak
terlalu percaya diri gak akan terjadi apa-apa ! Mungkin karena tiap hari bapak
terbiasa naik motor pulang. pergi Jakarta-Bandung bapak pikir bapak sudah mahir
dan yakin gak akan ada kejadian seperti ini."
Keluh Pak Somali seorang diri merasa bersalah
telah membuat putrinya celaka akibat kecerobohan yang harusnya tidak perlu
terjadi.
Tiga orang polisi yang berada disana tampak
saling melihat satu sama lain. Dari wajah mereka tampak kalau mereka mengerti
perasaan Pak Somali saat ini makanya mereka tidak terlalu banyak bertanya
tentang kejadian itu.
“Karena
itu Pak kami mewajibkan semua pengguna kendaraan bermotor memakai alat
keselamatan terutama helm seberapa pendekpun jarak yang akan ditempuh. "
Kata salah seorang palisi yang berada disana.
“Bukan
tanpa sebab kami menetapkan banyak aturan berlalu lintas, tapi kami ingin
memastikan kenyamanan, keamanan terutama keselamatan tiap pengguna jalan."
Lanjut temannya yang seorang lagi.
"Meski kita sudah mahir dan sangat berhati-hati
tapi bukan berarti semua pengguna jalan lain seperti itu, banyak juga yang
ceroboh dan seenaknya sendiri. Kebut-kebutan lah, ugal-ugalan, salip sana salip
sini... "
"Intinya kita tidak akan tahu apa yang
akan terjadi selama dijalan !"
Pak Somali tertunduk pasrah mendengarnya,
karena walau bagaimanapun dia memang sudah ceroboh dengan keselamatan putrinya.
Terus menyesalpun tidak aka nada artinya sebab segalanya telah terjadi. Kini
hanya satu yang dia harapkan yaitu mendengar kabar baik tentang kondisi putri
sulungnya itu.
Tamat
...
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.’ #SafetyFirst Diselenggarakan oleh Yayasan Astra-Hoda Motor dan Nulisbuku.com